KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian belajar
Abdul Rahman Shaleh (2008: 205) belajar (learning), sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relative berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Tetapi, belajar itu sendiri merupakan satu kegiatan yang terjadi di dalam diri seseorang, yang sukar untuk diamati secara langsung.
Abdul Rahman Shaleh (2008: 206) berpendapat bahwa sebagian orang, beranggapan belajar itu adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Padahal jika kita renungkan, sesungguhnya belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaran jenis dan jenjang pendidikan.
Hilgard dan Bower (dalam Abdul Rahman Shaleh, 2008: 207) mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya; kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya). Gagne (dalam Abdul Rahman Shaleh, 2008: 208) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama-sama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga pembuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Morgan (dalam Abdul Rahman Shaleh, 2008: 208) mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Witherington (dalam Abdul Rahman Shaleh, 2008: 208) mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, atau suatu pengertian.
Abdul Rahman Shaleh (2008:208-209) berpendapat ada beberapa elemen/asumsi dasar yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
e. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan.
f. Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
g. Belajar merupakan proses yang secara umum menetap, ada kemampuan beraksi, adanya suatu yang diperkuat dan dilakukan dalam bentuk praktik atau latihan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar seseorang tidak ada perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
2. Pengertian Model
Weyer (dalam Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011: 7) secara menyeluruh model dimaknakan sebagai suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih konprehensif. Dalam matematika kita juga mengenal istilah model yang bagian-bagiannya terdiri dari konsep matematika, seperti ketetapan (konstanta), variable, fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya. Trianto (2008: 1) sebagai contoh model matematika gerak parabola, model matematika gerak jatuh bebas dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model adalah pola atau bentuk yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas.
3. Pengertian Pembelajaran
Bambang Warsita (2008: 85) Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya. Ismail (2008: 9) berpendapat bahwa istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM).
Oemar (dalam Ismail, 2008: 9) mengemukakan “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.”
Mulyasa (dalam Ismail, 2008: 10) menyatakan “pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa, serta kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan atau pemahaman yang baik terhadap materi pelajaran.
4. Pengertian Model Pembelajaran
Joyce (dalam Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011:7-8) menyatakan model pembelajaran adalah suatu perencananatau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011: 8) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.” Dengan demikian aktivitas pembelajaran bener-bener merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematik. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen (dalam Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011: 8) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kreteria sebagai berikut: Pertama, Valid. Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan (2) apakah ada konsistensi internal. Kedua, Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga, Efektif. Berkaitan dengan efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
5. Pengertian Prestasi Belajar
Darmadi (2009: 100) Prestasi belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya.
Sedangkan menurut Nurkencana (dalam Ade Sanjaya, 2011) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Ade Sanjaya (2011) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil akhir dari proses belajar sebagai perwujudan dari segala upaya yang telah dilakukan selama berlangsung proses tersebut. Hasil belajar yang dicapai setelah terjadi proses belajar adalah merupakan bukti dari proses belajar itu sendiri yang terwujud dalam bentuk nilai. Nilai inilah yang dijadikan sebagai ukuran prestasi belajar.
6. Pembealajaran Snowball Throwing
a. Pengertian Pembelajaran Snowball Throwing
Menurut Diyan Tunggal Safitri (2011) model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball Throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya (http://web.sdikotablitar.sch.id/index.php).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran snowball throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman dalam satu kelompok.
b. Menurut Diyan Tunggal Safitri (2011) Langkah-langkah Pembelajaran Snowball Throwing:
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok.
3) Guru membagi materi berdasarkan kelompok dan perwakilan kelompok menjelaskan materi yang sampaikan oleh guru kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain.
c. Menurut Diyan Tunggal Safitri (2011) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Model Snowball Throwing:
1) Kelebihan pembelajaran snowball throwing
a) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
b) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.
c) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
d) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
e) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
f) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.
g) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.
h) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
i) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia.
j) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
2) Kelemahan pembelajaran snowball throwing
a) Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif.
7. Pembelajaran Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Jigsaw
Daniel Goleman (2007: 412) mengemumkakan siswa-siswa dalam kelompok-kelompok pembelajaran jigsaw dengan cepat melepaskan stereotipe-stereotipe negatif mereka. Demikian pula, dalam sekolah-sekolah multikultur menunjukkan bahwa semakin banyak kontak ramah yang dialami siswa melintasi pembagian kelompok, semakin kecillah bias mereka.
Alan, Wendy, Samuel, James (2005: 56) “JIGSAW requires students to help each other learn. It can be used when students are reading a text, listening to a presentation, or carrying out a group investigation. Like other cooperative learning activities, the JIGSAW method employs both home groups and expert group. The method requires some prior work from the teacher, who must prepare task sheets in advance of the lesson.”
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran jigsaw, siswa yang dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, mengajak setiap anggota kelompok menjadi ahli pada satu bagian dan bertanggung jawab untuk mengajarkan anggota lain dalam kelompok tentang hal tersebut.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw
Trianto (2007:56-57) menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran jigsaw sebagai berikut:
1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 – 6 orang)
2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab
3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.
4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan beberapa kuis individu.
c. Menurut Yuli Purwanti Hasanah (2007) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Jigsaw
1) Kelebihan Pembelajaran Jigsaw
a) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara
siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda
b) Menerapkan bimbingan sesama teman
c) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
d) Memperbaiki kehadiran
e) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
f) Sikap apatis berkurang
g) Pemahaman materi lebih mendalam
h) Meningkatkan motivasi belajar
2) Kelemahan Pembelajaran Jigsaw
a) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.
b) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
c) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.
B. Kerangka Berpikir
Semua model pembelajaran pada dasarnya baik, untuk meningkatkan sikap belajar siswa yang baik itu tergantung bagaimana guru menerapkannya di kelas.
Antara model pembelajaran Snowball Throwing dan Jigsaw mempunyai perbedaan yaitu model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang menginginkan siswa berfikir dan berbagi serta memberi kesempatan siswa untuk lebih banyak berfikir untuk merespon dan saling membantu. Dengan demikian semua aktifitas pembelajaran berpusat pada kesiapan antar siswa.
Model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dan memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk berfikir mandiri, dan model pembelajaran ini berorientasi pada siswa untuk menjelaskan materi pelajaran hasil pemikirannya kepada siswa lain di depan kelas dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Model pembelajaran jigsaw lebih menuntut siswa untuk berfikir sendiri dan individualisme, sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah akan kesulitan dalam menjelaskan materi kepada teman lainnya dari pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Sedangkan model pembelajaran snowball throwing lebih menekankan pada pembelajaran yang berkelompok untuk bekerja sama dengan memberi kesempatan semua siswa untuk lebih banyak berfikir dan saling memberi pengetahuan sehingga tercipta proses pembelajaran terhadap prestasi belajar.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran, maka hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
“Prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran snowball throwing lebih baik daripada yang diajar dengan model pembelajaran jigsaw pada siswa kelas XI SMK Negeri 4 Kota Madiun”.